Asam
Basa
1. Teori
Asam Basa Arrhenius
Pada
tahun 1884 seorang ahli kimia Swedia, Svante August Arrhenius(1859-1927)
mendefinisikan asam dan basa. Menurutnya asam adalah senyawa-senyawa yang
mengandung hidrogen dan menghasilkan ion-ion hidrogen( H+) ketika
dilarutkan dalam air. Demikian juga Arrhenius mengemukakan bahwa basa di
definisikan sebagai senyawa-senyawa yang menghasilkan ion-ion hidroksida (OH-)
ketika dilarutkan dalam air. (Eksakta, 2013)
Contoh –contoh reaksi
asam yang dilarutkan dalam air adalah sebagai berikut:
Contoh lain dari Asam Arrhenius
bisa dilihat dalam tabel berikut:
Dari
berbagai contoh diatas, hasil dari disosiasi berupa ion H+. Namun
pada kenyataannya, ion H+ tidak ada yang berupa ion bebas. Ion H+
akan bereaksi dengan molekul air disekitarnya membentuk ion H3O+
H+(aq)+H2O(l)→H3O+(aq)
Sehingga reaksi
lengkap yang terjadi pada disosiasi adalah sebagai berikut
Namun untuk menyingkatnya agar lebih
pendek dan mudah diingat, reaksi disosiasi menjadi sebagai berikut:
Secara umum tidak ada yang salah untuk
pengunaan kedua reaksi diatas dalam menunjukan disosiasi (Lee, 2017)
Menurut Arrhenius, suatu zat dikatakan basa jika dilarutkan dalam air
menghasilkam ion OH- sebagai contoh yaitu disosiasi NaOH.
Ketika NaOH dibuat menjadi larutan maka NaOH terdisosiasi menjadi ion Na+
dan ion OH-.
Contoh-contoh reaksi
basa ketika dilarutkan dalam air adalah sebagai berikut
Dari beberapa contoh diatas,
kebanyakan terlihat bahwa ion OH- berasal dari zat yang dilarutkan
tersebut. Namun, untuk beberapa zat yang tanpa gugus OH- pada rumus
kimiaya pun juga dapat bersifat basa. Asalkan ketika dilarutkan kedalam air
menghasilkan ion OH-. Sebagai contoh yaitu senyawa amonia dengan
rumus kimia NH3. Amonia juga merupakan suatu basa karena ketika dilarutkan
dalam air terbentuk ion OH-
2. Teori
Asam Basa Brownsted Lowry
Kimiawan
Denmark, Johannes Bronsted pada tahun 1923 menyatakan asam sebagai donor proton
dan basa sebagai akseptor proton. Zat-zat yang berperilaku menurut definisi ini
disebut asam Bronsted (Bronsted acid) dan basa Bronsted (Bronsted base). (Chang)
Asam-Basa
Konjugasi kelanjutan dari teori Bronsted-Lowry adalah spesi yang telah
mendonorkan proton akan memilki kemampuan untuk dapat menerima proton sehingga
merupakan basa.Untuk basa yang terjadi dari karena hasil dari donor proton
disebut basa konjugasi dari asam semula. Sedangkan untuk spesi yang menerima
proton, akan memiliki kemampuan untuk mendonorkan proton dan biasa disebut asam
konjugasi dari basa semula. Lebih jelasnya perhatikan gambar reaksi HCL dan air
berikut:
Pada reaksi tersebut,
HCL mendonorkan proton kepada air sehingga mengacu pada teori Brownsted-Lowry
maka HCL merupakan asam. Namun, setelah HCL mendonorkan proton yang tersisa
adalah ion Cl- yang memiliki kemampuan untuk menerima proton atau
suatu basa. Maka dari itu, Cl- merupakan basa konjugasi dari HCl.
Kemudian karena air
menerima proton dari HCl, sehingga air tersebut merupakan basa. Setelah air
menerima proton akan terbentuk ion H3O+ yang memiliki
kemampuan untuk mendonorkan proton suatu asam. Maka dari itu ion H3O+
merupakan asam konjugasi dari air. (Lee, 2017)
3. Teori
Asam Basa Lewis
Pada
tahun yang sama(1923), Lewis mengajukan pandangan yang berbeda terhadap teori
asam basa. Ketika Brownsted-Lowry memandang bahwa yang berperan dalam suatu senyawa
berupa asam atau basa karena suatu proton, Lewis memandang bahwa yang berperan
dalam sifat asam atau basa suatu senyawa adalah karena pasangan elektron.
Pada
teori asam basa Lewis, basa mendonorkan pasangan elektron dan asam menerima
pasangan elektron. Asam Lewis adalah semua zat yang dapat menerima pasangan
elektron bebas(akseptor pasangan elektron). Sedangkan Basa Lewis adalah zat
yang dapat mendonorkan pasangan elektron bebas(donor pasangan elektron)
Asam
Lewis
Asam
Lewis adalah penerima pasangan elektron. Asam Lewis merupakan elektrofil karena
tertarik pada elektron. Asam Lewis bermuatan positif (parsial) pada suatu
senyawa. Contoh zat yang termasuk asam Lewis yaitu:
a. Semua
kation (Cu2+, Na+, Ca2+, Li+, Mg2+,
dll)
b. Atom,
ion atau molekul yang oktet tidak lengkap (BF3, AlF3)
c. Molekul
yang atom pusatnya dapat memiliki elektron valensi lebih dari 8 (SiBr4,
SiF4)
d. Molekul
yang memiliki ikatan rangkap dengan dua atom elektronegatif (CO2)
Basa Lewis
Basa
Lewis adalah pendonor pasangan elektron. Basa Lewis merupakan nuklofil karena
menyukai untuk menyerang atom yang bermuatan positif pada suatu senyawa. Contoh
zat yang termasuk basa Lewis adalah OH-. CN-, NH3,
dll.
Untuk
lebih jelas memahami asam basa Lewis lihat gambar berikut
Reaksi
H+ dan NH3
Pada
gambar diatas terlihat bahwa NH3 mendonorkan pasangan elektronnya
untuk berikatan dengan H+. Maka dari itu yang bertindak sebagai basa
Lewis adalah NH3. Sedangkan H+ menerima pasangan elektron
dari amonia sehingga merupakan asam Lewis.
Reaksi
BF3 dan NH3
Pada
reaksi BF3 dan NH3 yang berperan sebagai basa Lewis
adalah amonia. Karena NH3 mendonorkan pasangan elektronnya untuk berikatan. Sedangkan
yang berperan sebagai asam lewis yaitu BF3. (Lee, 2017)