Sabtu, 05 Oktober 2019


Asam Basa


Teori Asam Basa


1.      Teori Asam Basa Arrhenius
Pada tahun 1884 seorang ahli kimia Swedia, Svante August Arrhenius(1859-1927) mendefinisikan asam dan basa. Menurutnya asam adalah senyawa-senyawa yang mengandung hidrogen dan menghasilkan ion-ion hidrogen( H+) ketika dilarutkan dalam air. Demikian juga Arrhenius mengemukakan bahwa basa di definisikan sebagai senyawa-senyawa yang menghasilkan ion-ion hidroksida (OH-) ketika dilarutkan dalam air. (Eksakta, 2013)

Contoh –contoh reaksi asam yang dilarutkan dalam air adalah sebagai berikut:
Contoh lain dari Asam Arrhenius bisa dilihat dalam tabel berikut:
Dari berbagai contoh diatas, hasil dari disosiasi berupa ion H+. Namun pada kenyataannya, ion H+ tidak ada yang berupa ion bebas. Ion H+ akan bereaksi dengan molekul air disekitarnya membentuk ion H3O+
H​+​​(aq)+H​2​​O(l)→H​3​​O​+​​(aq)
Sehingga reaksi lengkap yang terjadi pada disosiasi adalah sebagai berikut
Namun untuk menyingkatnya agar lebih pendek dan mudah diingat, reaksi disosiasi menjadi sebagai berikut:
Secara umum tidak ada yang salah untuk pengunaan kedua reaksi diatas dalam menunjukan disosiasi (Lee, 2017)

Menurut Arrhenius, suatu zat dikatakan basa jika dilarutkan dalam air menghasilkam ion OH- sebagai contoh yaitu disosiasi NaOH.
Ketika NaOH dibuat menjadi larutan maka NaOH terdisosiasi menjadi ion Na+ dan ion OH-.
Contoh-contoh reaksi basa ketika dilarutkan dalam air adalah sebagai berikut
Dari beberapa contoh diatas, kebanyakan terlihat bahwa ion OH- berasal dari zat yang dilarutkan tersebut. Namun, untuk beberapa zat yang tanpa gugus OH- pada rumus kimiaya pun juga dapat bersifat basa. Asalkan ketika dilarutkan kedalam air menghasilkan ion OH-. Sebagai contoh yaitu senyawa amonia dengan rumus kimia NH3. Amonia juga merupakan suatu basa karena ketika dilarutkan dalam air terbentuk ion OH-


   2. Teori Asam Basa Brownsted Lowry
Kimiawan Denmark, Johannes Bronsted pada tahun 1923 menyatakan asam sebagai donor proton dan basa sebagai akseptor proton. Zat-zat yang berperilaku menurut definisi ini disebut asam Bronsted (Bronsted acid) dan basa Bronsted (Bronsted base). (Chang)
Asam-Basa Konjugasi kelanjutan dari teori Bronsted-Lowry adalah spesi yang telah mendonorkan proton akan memilki kemampuan untuk dapat menerima proton sehingga merupakan basa.Untuk basa yang terjadi dari karena hasil dari donor proton disebut basa konjugasi dari asam semula. Sedangkan untuk spesi yang menerima proton, akan memiliki kemampuan untuk mendonorkan proton dan biasa disebut asam konjugasi dari basa semula. Lebih jelasnya perhatikan gambar reaksi HCL dan air berikut:
Pada reaksi tersebut, HCL mendonorkan proton kepada air sehingga mengacu pada teori Brownsted-Lowry maka HCL merupakan asam. Namun, setelah HCL mendonorkan proton yang tersisa adalah ion Cl- yang memiliki kemampuan untuk menerima proton atau suatu basa. Maka dari itu, Cl- merupakan basa konjugasi dari HCl.
Kemudian karena air menerima proton dari HCl, sehingga air tersebut merupakan basa. Setelah air menerima proton akan terbentuk ion H3O+ yang memiliki kemampuan untuk mendonorkan proton suatu asam. Maka dari itu ion H3O+ merupakan asam konjugasi dari air. (Lee, 2017)

3. Teori Asam Basa Lewis

Pada tahun yang sama(1923), Lewis mengajukan pandangan yang berbeda terhadap teori asam basa. Ketika Brownsted-Lowry memandang bahwa yang berperan dalam suatu senyawa berupa asam atau basa karena suatu proton, Lewis memandang bahwa yang berperan dalam sifat asam atau basa suatu senyawa adalah karena pasangan elektron.
Pada teori asam basa Lewis, basa mendonorkan pasangan elektron dan asam menerima pasangan elektron. Asam Lewis adalah semua zat yang dapat menerima pasangan elektron bebas(akseptor pasangan elektron). Sedangkan Basa Lewis adalah zat yang dapat mendonorkan pasangan elektron bebas(donor pasangan elektron)

Asam Lewis
Asam Lewis adalah penerima pasangan elektron. Asam Lewis merupakan elektrofil karena tertarik pada elektron. Asam Lewis bermuatan positif (parsial) pada suatu senyawa. Contoh zat yang termasuk asam Lewis yaitu:
a.       Semua kation (Cu2+, Na+, Ca2+, Li+, Mg2+, dll)
b.      Atom, ion atau molekul yang oktet tidak lengkap (BF3, AlF3)
c.       Molekul yang atom pusatnya dapat memiliki elektron valensi lebih dari 8 (SiBr4, SiF4)
d.      Molekul yang memiliki ikatan rangkap dengan dua atom elektronegatif (CO2)

Basa Lewis
Basa Lewis adalah pendonor pasangan elektron. Basa Lewis merupakan nuklofil karena menyukai untuk menyerang atom yang bermuatan positif pada suatu senyawa. Contoh zat yang termasuk basa Lewis adalah OH-. CN-, NH3, dll.
Untuk lebih jelas memahami asam basa Lewis lihat gambar berikut

Reaksi H+ dan NH3
Pada gambar diatas terlihat bahwa NH3 mendonorkan pasangan elektronnya untuk berikatan dengan H+. Maka dari itu yang bertindak sebagai basa Lewis adalah NH3. Sedangkan H+ menerima pasangan elektron dari amonia sehingga merupakan asam Lewis.

Reaksi BF3 dan NH3
Pada reaksi BF3 dan NH3 yang berperan sebagai basa Lewis adalah amonia. Karena NH3 mendonorkan pasangan elektronnya untuk berikatan. Sedangkan yang berperan sebagai asam lewis yaitu BF3. (Lee, 2017)


Jumat, 20 September 2019

Ikatan dan Unsur


Ikatan dan Unsur



Klasifikasi Ikatan Kimia

Ikatan yang menggunakan pasangan elektron untuk mengikat atom A dan atom B disebut ikatan kovalen dan ditulis menjadi A-B atau A:B. Karena ada dua pasang elektron yang terlibat dalam ikatan ganda dan tiga pasang di ikatan rangkap tiga. Ikatan itu ditandai berturut-turut menjadi A=B ,  , A≡B atau A::B, A:::B.
Ikatan elektrostatik antara kation (ion positif)  dan anion (ion negatif), seperti dalam NaCl disebut dengan ikatan ionik.  Karena muatan elektrik total senyawa harus nol, muatan listrik kation dan anion harus sama.  Ada sumbangan parsial ikatan kovalen bahkan dalam senyawa ionik, dan ion-ionnya tidak harus terikat satu sama lain melalui interaksi elektrostatik saja. Ikatan karena elektron konduksi dalam logam disebut dengan ikatan logam. (Mulyono, 2011)


Faktor geometri

A.    Jari – jari Atomik dan Ion

1.      Jari-Jari Atom
Kerapatan elektron dalam atom secara perlahan akan menuju nol tetapi tidak pernah mencapai nol ketika jarak dari inti meningkat. Oleh karena itu, secara ketat dapat dinyatakan bahwa jari-jari atom atau ion tidak dapat ditentukan. Namun, secara eksperimen kita dapat menentukan jarak antar inti atom. Jari-jari atomik yang ditentukan secara eksperimen merupakan salah satu parameter atomik yang sangat penting untuk mendeskripsikan kimia struktural senyawa.

2.      Jari-Jari Ionik
Karena kation dan anion unsur yang berbeda dalam senyawa ion diikat dengan interaksi elektrostatik, jarak ikatan adalah jumlah jari-jari ionik yang diberikan untuk kation dan anion.
Jari-jari ionik standar satu spesies ditetapkan terlebih dahulu dan kemudian dikurangkan dari jarak antar ion untuk menentukan jari-jari ion partnernya.

3.      Entalpi Kisi
Ketika ion-ion dalam keadaan gas bereaksi satu dengan yang lainnya membentuk senyawa kemudian melepaskan entalpi atau mengubah nilai entalpi, itulah yang disebut entalpi kisi. Sebagai contoh adalah pembentukan NaCl yang biasanya melepaskan kalor ke lingkungan:
Na+ (g) + Cl - (g) NaCl (s)


4.      Tetapan Madelung
Energi potensial Coulomb total antar ion dalam  senyawa ionik yang terdiri atas ion A dan B adalah penjumlahan energi potensial Coulomb interaksi ion individual, Vab.  Karena lokasi ion-ion dalam kisi kristal ditentukan oleh tipe struktur, potensial Coulomb total antar ion dihitung dengan menentukan jarak antar ion d. NA adalah tetapan Avogadro sedangkan   zA dan  zB adalah muatan listrik kation dan anion.  Interaksi elektrostatik antara ion-ion yang bersentuhan merupakan yang terkuat, dan tetapan Madelung biasanya menjadi lebih besar bila bilangan koordinasinya meningkat.


B.   Struktur Kristal Logam
Logam adalah suatu unsur yang mempunyai sifat-sifat seperti : kuat, liat, keras, mengkilat, dan penghantar listrik dan panas. Sifat-sifat metal pada umumnya dapat digolongkan atas :
a.       Sifat-sifat Ekstraktif/kimia (Chemical Properties)
Meliputi ciri-ciri dari komposisi kimia dan pengaruh unsur terhadap metal (logam)

b.       Sifat –sifat Mekanik (Mechanical Properties)
Yang disebut sifat mekanik ialah sifat bahan bilamana dipengaruhi gaya dari luar. yaitu : kekuatan tarik, kuat bengkok, kekerasan, kuat pukul, kuat geser, dan lain-lain.

c.        Sifat – sifat Fisik (Physical Properties)
Meliputi sifat logam yang tidak dipengaruhi oleh tenaga luar, yaitu : berat jenis, daya hantar listrik dan panas, sifat magnet, dan struktur mikro logam

1.     Struktur Kristal
Logam seperti bahan lainnya, terdiri dari susunan atom-atom. Untuk lebih memudahkan pengertian, maka dapat dikatakan bahwa atom-atom dalam kristal logam tersusun secara teratur dan susunan atom-atom tersebut menentukan struktur kristal dari logam. Susunan dari atom-atom tersebut disebut cell unit.
Pada temperatur kamar, besi atau baja memiliki bentuk struktur BCC (Body Centered Cubic). Dalam hal ini cell unit dari atom-atom disusun sebagai sebuah kubus dengan atom-atom menempati kedelapan dari sudut kubus dan satu atom berada di pusat kubus. Pada temperatur yang tinggi, besi atau baja memiliki bentuk struktur FCC (Face Centered Cubic). Dalam hal ini, cell unit adalah sebuah kubus dengan atom-atom menempati kedelapan dari sudut kubus dan atom lainnya berada pada pusat masing-masing dari enam keenam bidang kubus. Disamping berbentuk kubus, cell unit lainnya dapat berupa HCP (Hexagonal Close Packed), seperti halnya pada logam seng. Dalam hal ini atom-atom menempati kedua belas sudut, atom lain menempati dua sisi dan ketiga atom lagi menempati tengah.
Susunan atom-atom dalam struktur kristal sangat menentukan sifat-sifat logamnya. Logam dengan struktur kristal BCC mempunyai kerapatan atom yang lebih rendah dibandingkan logam dengan struktur kristal FCC. Perbedaan kerapatan atom itu dapat dilihat dari jumlah bidang gesernya. Pada struktur kristal BCC, jumlah bidang gesernya lebih sedikit dari struktur kristal FCC, sehingga kemampuan atom-atom untuk bergeser lebih sulit. Dengan demikian, logam dengan struktur kristal BCC membutuhkan energi lebih besar untuk mengerakkan dislokasi. Hal ini yang menyebabkan logam dengan struktur kristal BCC lebih sulit dibentuk jika dibandingkan logam dengan struktur kristal FCC yang mempunyai kekuatan rendah tetapi memiliki keliatan yang tinggi (ductility)


2.     Struktur Mikro

Struktur mikro logam merupakan penggabungan dari satu atau lebih struktur kristal. Pada umumnya logam terdiri dari banyak kristal (majemuk), walaupun ada diantaranya hanya terdiri dari satu kristal saja (tunggal). Tetapi logam dengan kristal majemuk memungkinkan pengembangan berbagai sifat-sifat yang dapat memperluas ruang lingkup pemakaiannya. Dalam logam, kristal sering disebut sebagai butiran. Batas pemisah antara dua kristal pemisah antara dua kristal disebut batas butir

Struktur kristal logam Kebanyakan bahan logam mempunyai tiga struktur kristal:
a.       kubus berpusat muka (face-centered cubic).
b.       kubus berpusat badan (body-centered cubic).
c.        heksagonal tumpukan padat (hexagonal close-packed).


FACE CETERED CUBIC (FCC)  

a.     gambar 2a tersebut menunjukkan model bola pejal sel satuan FCC,
b.    gambar 2b pusat-pusat atom digambarkan dengan bola padat kecil
c.     Struktur FCC mempunyai sebuah atom pada pusat semua sisi kubus dan sebuah atom pada setiap titik sudut kubus. Beberapa logam yang memiliki struktur kristal FCC yaitu tembaga, aluminium, perak, dan emas.
d.    Sel satuan FCC mempunyai empat (4) buah atom, yang diperoleh dari jumlah delapan seperdelapan-atom pada delapan titik sudutnya plus enam setengah-atom pada enam sisi kubusnya (8 1/8  + 6 1/2).
e.     Atom-atom atau inti ion bersentuhan satu sama lain sepanjang diagonal sisi. Hubungan panjang sisi kristal FCC, a, dengan jari-jari atomnya, R, ditunjukkan oleh persamaan berikut:


Tiap atom dalam sel satuan FCC ini dikelilingi oleh duabelas (12) atom tetangga, hal ini berlaku untuk setiap atom, baik yang terletak pada titk sudut maupun atom dipusat sel satuan (lihat Gambar 2a). Jumah atom tetangga yang mengelilingi setiap atom dalam struktur kristal FCC yang nilainya sama untuk setiap atom disebut dengan bilangan koordinasi (coordination number). Bilangan koordinasi struktur FCC adalah 12.
Faktor tumpukan atom (atomic packing factor, APF) adalah fraksi volum dari sel satuan yang ditempati oleh bola-bola padat, seperti ditunjukkan oleh persamaan berikut: 




 BODY CENTERED CUBIC (BCC)



Struktur kristal kubus berpusat badan (BCC):
(a) gambaran model bola pejal sel satuan BCC
(b)Sel satuan BCC digambarkan dengan bola padat kecil,
(c) Sel satuan BCC yang berulang dalampadatan kristalin


·         Logam–logam dengan struktur BCC mempunyai sebuah atom pada pusat kubus dan sebuah atom pada setiap titik sudut kubus
·         Sel satuan BCC mempunyai dua (2) buah atom, yang diperoleh dari jumlah delapan seperdelapan atom pada delapan titik sudutnya plus satu atom pada pusat kubus (8 1/8 + 1).
·         Atom-atom atau inti ion bersentuhan satu sama lain sepanjang diagonal ruang. Hubungan panjang sisi kristal BCC, a, dengan jari-jari atomnya, R, diberikan sebagai berikut:


Tiap atom dalam sel satuan BCC ini dikelilingi oleh delapan (8) atom tetangga (lihat Gambar 3a), sebagai akibatnya bilangan koordinasi struktur BCC adalah 8.Karena struktur BCC mempunyai bilangan koordinasi lebih kecil dibandingkan dengan bilangan koordinasi FCC, maka faktor tumpukan atom struktur BCC, yang bernilai 0.68, adalah juga lebih kecil dibandingkan dengan faktor tumpukan atom FCC.

HEXAGONAL CLOSE PACKED (HCP)


Gambar Struktur kristal heksagonal tumpukan padat (HCP):
(a) sel satuan HCP digambarkan dengan bola padat kecil,
(b) sel satuan HCP yang berulang dalam padatan kristalin. 
·         Ciri khas logam–logam dengan struktur HCP adalah setiap atom dalam lapisan tertentu terletak tepat diatas atau dibawah sela antara tiga atom pada lapisan berikutnya
·         Sel satuan HCP mempunyai enam (6) buah atom, yang diperoleh dari jumlah dua-belas seperenam-atom pada dua belas titik sudut lapisan atas dan bawah plus dua setengah-atom pada pusat lapisan atas dan bawah plus tiga atom pada lapisan sela/tengah (12 1/6 + 2  1/2 + 3).
·         Jika a dan c merupakan dimensi sel satuan yang panjang dan pendek (lihat Gambar 4), maka rasio c/a umumnya adalah 1.633. Akan tetapi, untuk beberapa logam HCP, nilai rasio ini berubah dari nilai idealnya.   
·         Bilangan koordinasi struktur HCP dan faktor tumpukannya sama dengan struktur FCC, yaitu 12 untuk bilangan koordinasi dan 0.74 untuk faktor tumpukan.

Kristal Ionik

Dalam kristal ionik, seperti logam halida, oksida, dan sulfida, kation dan anion disusun bergantian, dan padatannya diikat oleh ikatan elektrostatik. Banyak logam halida melarut dalam pelarut polar misalnya NaCl melarut dalam air, sementara logam oksida dan sulfida, yang mengandung kontribusi ikatan kovalen yang signifikan, biasanya tidak larut bahkan di pelarut yang paling polar sekalipun. Struktur dasar kristal ion adalah ion yang lebih besar (biasanya anion) membentuk susunan terjejal dan ion yang lebih kecil (biasanya kation) masuk kedalam lubang oktahedral atau tetrahedral di antara anion. Kristal ionik diklasifikasikan kedalam beberapa tipe struktur berdasarkan jenis kation dan anion yang terlibat dan jari-jari ionnya.

Aturan jari-jari

Biasanya, energi potensial Coulomb total Ec senyawa ionik univalen MX diungkapkan dengan persamaan

Ec -NAe24πεoR
NA=konstanta Avogadro
A=konstanta Madelung
R= jarak antar ion

Menurut rumus ini, struktur dengan rasion A/R akan lebih stabil. Konstanta Madelung senyawa MX meningkat dengan meningkatnya bilangan koordinasi. Di pihak lain, akan menguntungkan menurunkan bilangan koordinasi untuk menurunkan nilai R dalam hal ukuran M kecil, agar kontak antara M dan X dapat terjadi lebih baik. Dalam kristal ionik, rasio rM dan rX dengan anion saling kontak satu sama lain dan juga berkontak dengan kation bergantung pada bilangan koordinasi.
Dalam bagian struktur yang terdiri hanya anion, anion membentuk koordinasi polihedra di
sekeliling kation. Jari-jari anion rX adalah separuh sisi polihedral dan jarak kation di pusat
polihedral ke sudut polihedral adalah jumlah jari-jari kation dan anion rX + rM. Polihedra dalam CsCl adalah kubus, struktur NaCl adalah oktahedral, dan ZnS adalah tetrahedral.


Variasi ungkapan struktur padatan

Banyak padatan anorganik memiliki struktur 3-dimensi yang rumit.  Ilustrasi yang berbeda dari senyawa yang sama akan membantu kita memahami struktur tersebut.  Dalam hal senyawa anorganik yang rumit, menggambarkan ikatan antar atom, seperti yang digunakan dalam senyawa organik biasanya menyebabkan kebingungan.  Anion dalam kebanyakan oksida, sulfida atau halida logam membentuk tetrahedral atau oktahedral di sekeliling kation logam.  Walaupun tidak terdapat ikatan antar anion, strukturnya akan disederhanakan bila struktur diilustrasikan dengan polihedra anion yang menggunakan bersama sudut, sisi atau muka.  Dalam ilustrasi semacam ini,atom logam biasanya diabaikan.
Seperti telah disebutkan struktur ionik dapat dianggap sebagai susunan terjejal anion.  (Baru, 2016)



Grafik Energi Ionisasi (Ei)

Atom Ei Besar = periode kecil, golongannya besar
Atom Ei Kecil = periode besar, golongannya kecil